Home Politik Caleg Gagal Ramai Bertarung di Pilkada Serentak, Contoh Nyata Pemimpin-Pemimpin Sejati

Caleg Gagal Ramai Bertarung di Pilkada Serentak, Contoh Nyata Pemimpin-Pemimpin Sejati

Mataram, Gatra.com - Dinamika politik Bumi Gora memunculkan fenomena unik dan menarik, seiring dengan langkah sejumlah figur dan tokoh yang gagal dalam Pemilu Legislatif 2024, kembali bertarung dalam Pilkada serentak pada November mendatang.

Lembaga Kajian Sosial Politik dan Politik (Mi6) NTB menilai, dari sisi psikologi politik, fenomena ini menunjukkan betapa politisi Bumi Gora memiliki resiliensi yang tinggi, motivasi berprestasi, dan ketangguhan mental yang luar biasa. Sebuah hal yang sangat dibutuhkan agar demokrasi terus berkembang.

“Resiliensi itu kemampuan untuk bangkit kembali dari kegagalan atau kesulitan. Dalam politik, tidak ada yang lebih mengagumkan daripada menemukan seseorang yang bangkit dari kegagalan untuk mencoba lagi,” kata Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto, kepada Gatra.com di Mataram pada Kamis (23/5).

Analis politik kawakan Bumi Gora yang karib disapa Didu ini, mengemukakan, langkah sejumlah figur yang sebelumnya tidak terpilih dalam Pileg 2024 dan kembali bertarung dalam Pilkada serentak akhir tahun ini, layak mendapat apresiasi.

Didu tak menampik jika ada sejumlah kalangan yang menilai hal tersebut sebagai ambisi politik. Namun sesungguhnya, hal tersebut adalah ambisi politik yang sangat sehat.

”Keberanian mereka yang tidak terpilih di pemilu legislatif dan kembali bertarung di Pilkada adalah contoh nyata dari kepemimpinan sejati," ucap Didu.

Di Kabupaten Sumbawa, muncul figur Burhanuddin Jafar Salam yang kini menjadi kandidat Bupati Sumbawa. Pada Pileg lalu, politisi Partai Gelora ini gagal melenggang ke kursi DPRD NTB. Di Lombok Timur, ada politisi kawakan Syamsul Lutfi, yang kini juga digadang-gadang menjadi kandidat bupati. Anggota DPR RI dari Partai NasDem ini sebelumnya tak berhasil melenggang kembali ke Senayan.

Ada juga nama Suryadi Jaya Purnama dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang akan diusung oleh partainya sebagai calon Bupati Lombok Timur setelah tidak lolos ke DPR RI.

Sementara di Lombok Tengah, ada Anggota DPRD NTB lima periode, H Ruslan Turmuzi, yang kini menjadi kandidat bupati setelah sebelumnya tak terpilih kembali sebagai legislator di DPRD NTB. Di Kota Mataram ada Caleg DPR RI dapil Lombok dari PKS yang gagal, yakni H. Karman BM. Dia maju dalam Pilwakot Mataram.

Didu mengungkapkan, selain resiliensi, kehadiran figur dan tokoh tersebut meramaikan bursa Pilkada serentak di NTB juga menunjukkan ketangguhan mental dan komitmen terhadap tujuan politik mereka. Dan pada saat yang sama, juga menunjukkan betapa mereka memiliki motivasi berprestasi yang kuat dan mendorong untuk terus berusaha mencapai posisi tertinggi untuk berkhidmat melayani rakyat.

Bagi figur dan tokoh-tokoh tersebut, boleh jadi, kata Didu, kegagalan dalam pemilihan legislatif dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi dan bukan sebagai akhir dari karier politik. Kegagalan dianggap sebagai kesempatan untuk belajar dan memperbaiki diri, sehingga lebih siap untuk peran yang lebih besar.

”Hanya mereka yang memiliki identitas diri yang kuat sebagai pemimpin yang bisa melakukan hal begini,” ucap Didu.

Ada banyak contoh bagaimana mereka yang gagal di pemilu legislatif, namun ketika memilih bertarung sebagai kepala daerah, mereka terpilih dan malah menjadi pemimpin daerah yang berprestasi dan mengundang decak kagum.

Salah satunya, ujar dia, adalah Dedy Mulyadi yang sebelumnya gagal terpilih sebagai anggota DPRD di Purwakarta, namun terpilih sebagai bupati dua periode di salah satu daerah di Jawa Barat tersebut. Dedy kini adalah Anggota DPR RI peraih suara terbanyak dari daerah pemilihannya.

Dalam konteks pemimpin negara, nama Barack Obama mungkin layak dikedepankan. Sebelum menjadi Presiden Amerika Serikat, Barack Obama sempat mengalami kegagalan dalam pemilihan sebagai Anggota DPR AS sebelum kemudian terpilih sebagai Senator dan menjadi pemimpin Negeri Adi Daya tersebut.

Menurut Didu, politisi yang memiliki karakter, tekad, dan mental yang kuat, lalu sempat sempat mengalami kegagalan dalam kontestasi, umumnya akan belajar dari hal tersebut. Mereka selanjutnya akan memperbaiki strategi politiknya dan akhirnya berhasil.

”Ini menunjukkan bagaimana sebuah kegagalan dapat menjadi batu loncatan menuju kesuksesan yang lebih besar,” katanya.

Didu menjelaskan, ada fenomena menarik dari sisi psikologi politik tatkala mereka yang pernah gagal dalam kontestasi di Pileg namun bisa menang ketika mencalonkan diri sebagai kepala daerah.

Menurutnya, fenomena tersebut adalah bagaimana pemilih memandang hal tersebut sebagai tanda dan wujud ketekunan dan komitmen. Dan jumlah pemilih yang seperti ini umumnya terbukti lebih banyak dibanding yang menganggapnya sebagai sebuah tanda ketidakmampuan.

Selain itu, mereka juga mampu mengartikulasikan kegagalan sebagai pelajaran dan menunjukkan bagaimana mereka telah berkembang, sehingga menarik simpati dan dukungan dari pemilih. Sebuah hal yang sangat efektif dalam membangun kembali kepercayaan publik.

147